Rabu, 28 Oktober 2015

Solo Audax 2015 - Catatan ZHD


Ini adalah event Audax yang pertama kali saya ikuti. Walaupun beberapa kali saya pernah gowes diatas 100 km, tetapi tetap terasa menegangkan oleh karena ada batasan waktu gowes, para peserta yang tergolong "bandit"
Hal yang paling saya khawatirkan dari menjalani Audax adalah suhu panas yang ekstrim (42-45 derajat Celcius) dan angin. Rute yang ditentukan oleh panitia sama sekali belum pernah saya lewati, walaupun status saya sebagai peserta lokal.
Ada 2 pilihan untuk rute Audax Solo, normal group (190km dengan 1800m elevasi) dan fast group (220km dengan 2100 elevasi), saya sadar diri untuk mengikuti group normal yang tetap terasa tidak normal bagi saya. 

Minggu, 25 Oktober 2015 pukul 05.30 kami serempak berangkat dari hotel Aston Solo menuju Balaikota Surakarta yang berjarak 2 km, untuk mendapat sambutan dan ceremony pelepasan dari walikota. 




Pukul 06.00 kami berangkat dari balaikota, dengan pengawalan mobil polisi. Kami bisa melakukan pemanasan kaki dengan santai, tanjakan panjang dengan gradien 1-2 tidak terlalu terasa oleh karena hambatan angin yang terbuka saat berada di dalam peloton, sekitar 25 km dari start ada persimpangan jalan yang memisahkan antara kedua group, walaupun ada kebebasan untuk memilih group mana yang diinginkan, saya tanpa ragu-ragu memilih normal group. setelah persimpangan jalan, tanjakan mulai berat dengan gradien sekitar 5-7%, saya mencoba menahan nafsu untuk menghabiskan tenaga untuk mengatasi tanjakan-tanjakan itu, karena pada technical meeting malam sebelumnya sudah dijelaskan tipe tanjakan turunan seperti roller coaster. akhirnya pada kilometer sekitar 50an kami berhenti untuk pitstop pertama.



Setelah pitstop pertama tanjakan-turunan tipe roller coaster lebih terasa berat dengan gradien 8-10% dan suhu yang semakin panas. Kilometer menunjukkan angka 100km dan saya belum menemukan pitstop kedua, padahal menurut jadwal dari panitia seharusnya berada di kilometer ke 80an. Akhirnya di tengah keputus-asaan saya, saya menemukan pitstop kedua. Sayangnya, air mineral yang saya cari di pit stop kedua ini sudah habis, dan hanya ada soft drink yang tidak cocok untuk olahraga jangka panjang. saya memutuskan untuk langsung melanjutkan kembali perjalanan.Di kilometer ke 115, saya terselamatkan oleh minimarket dengan air mineral dinginnya.



Otot mulai terasa letih karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dan persediaan air di bidon sudah menipis, sepanjang jalan pun sudah tidak ada minimarket. Saya sangat beruntung menemukan teman saya IXS dengan support car nya sehingga saya bisa reload bidon.
Akhirnya di kilometer ke 120 saya menemukan pitstop ketiga dan disitu telah disediakan makan siang. Meskipun sangat lapar, saya tidak berani makan banyak karena khawatir akan menurunkan momentum gowes. Di tempat itu pula kami bertemu dengan fast group, para bandit-bandit yang datang dengan wajah ceria. sangat berbeda dengan kami yang datang dengan wajah putus asa.

Group kami kemudian start 20 menit lebih dahulu dari fast group. Tipikal trek masih naik-turun hingga saya bosan dengan tanjakan, karena saya menjaga power dan ritme agar tidak kram.

pitstop ke-empat berlokasi di kilometer 140an di kawasan wisata waduk gajah mungkur. Kami para cyclist dari normal group sangat bahagia mendengar peraturan dari panitia untuk tetap dalam satu peloton dengan kecepatan damai dan tidak ada yang boleh menyalipnya. sisa 30km kami jalani dengan cukup santai hingga selamat sampai tempat finish di hotel aston. 

Long distance cycling event sangat menarik untuk diikuti, banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa didapatkan, menguji rasa setia kawan dengan teman-teman di komunitas kita dan bahkan dengan cyclist lain yang kita belum mengenalnya sama sekali, explore keindahan alam di Indonesia. Saya menjadi ketagihan untuk mengikuti event long distance cycling yang lain. Selamat mencoba dan salam gowes.




Zuhad Irfan



Tentang Penulis:
Zuhad Irfan, adalah seorang ahli bedah orthopaedi dan traumatologi yang saat ini berdomisili di Solo. Menekuni sepeda sudah sejak lama, namun baru 2 tahun terakhir ini mulai meminang Road Bike sebagai salah satu pasangan hidup di jalan.
Prestasinya dalam bidang ilmu bedah sudah tidak perlu disebutkan lagi disini, tetapi pria ramah yang juga sangat cinta keluarga ini ternyata memiliki kebiasaan bersepeda yang tidak bisa dipandang enteng. Setiap pagi menyempatkan diri untuk gowes, baik menggunakan MTB ataupun Road bike kesayangannya, ke rute-rute indah di daerah Solo dan sekitarnya.

Anda ingin berkonsultasi sekaligus “mengadu keahlian bersepeda” dan berdiskusi bila anda sedang di kota Solo?
Silakan kontak Garuda Satu (begitu ia dipanggil) di Blog ini.

5 komentar: